Ada seorang nenek renta yang hidup sebatang
kara. Ia bekerja sebagai seorang pengemis dan hidup dalam keadaan yang
sangat berkekurangan. Kemudian ia mendengar mengenai kasih Tuhan dan memutuskan
untuk mendatangi sebuah gereja dan bertemu dengan pendeta yang ada di sana. Tetapi
pendeta kerap menolak pertemuan dengan nenek tersebut karena jadwal pelayanan yang padat.
Kendati demikian, nenek tersebut terus menerus
mendatangi gereja agar bisa berbincang dengan sang pendeta. Setiap bertemu dan
mengatakan kalau dirinya tidak memiliki banyak waktu untuk bicara kepadanya, pendeta hanya berkata kalau ia akan mendoakan sang nenek ini.
Setelah dirinya merasa ditolak hingga
berkali-kali, akhirnya nenek ini menuliskan sebuah puisi dan memasukannya pada
kotak surat gereja. Ini adalah puisi yang ditulis oleh sang nenek. "Aku
lapar dan kau membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparanku. Aku telanjang dan kau mempertanyakan nilai moral dari penampilanku.
Aku sakit dan kau berlutut kepada Tuhan untuk
memohon kesembuhanku. Aku tak punya tempat berteduhan dan kau berkhotbah
tentang Kasih Tuhan sebagai tempat perteduhan abadi. Aku kesepian dan kau pergi
meninggalkanku sendirian untuk berdoa bagiku. Kau tampak begitu suci, begitu dekat dengan Tuhan tetapi aku tetap lapar, telanjang, kedinginan dan kesepian."
Bahan perenungan:
Kita tahu kalau diluar sana ada banyak sekali
orang yang membutuhkan uluran tangan kita seperti nenek tersebut. Ada
orang-orang yang merasa kalau kehidupannya dipenuhi oleh beban yang sangat
berat dan tidak berdaya. Mereka adalah orang-orang yang memohon belas kasihan dan pertolongan dari kita.
Tetapi entah kenapa, sebagian dari kita yang mengaku telah mengenal kasih Tuhan malah sibuk dengan kebutuhan kita masing-masing. Kita terlalu sibuk untuk melakukan pelayanan, kita juga sibuk mengurusi diri sendiri sehingga lupa kalau kita juga perlu mengasihi orang lain.
Baca juga: Seperti Ibu Yang Memberi Hadiah Kepada Presiden, Sudah Selayaknya Kita Memberi Pada Tuhan
Tuhan Yesus mengenalkan kita dengan kasih.
Dimana kita seharusnya mengasihi Tuhan dan sesama manusia. Dari hukum kasih
kita bisa belajar mengenai kepedulian pada orang-orang yang ada di sekitar
kita. Tuhan Yesus memberi kita perintah untuk saling mengasihi seperti layaknya Yesus telah mengasihi kita.
Setiap uluran tangan dan kebaikan yang kita
beri kepada orang lain dapat mencerminkan kemuliaan Tuhan yang ada dalam
kehidupan kita. Ketika kita menutup diri dengan ketidakpedulian kita, maka
orang lain akan langsung beranggapan "katanya orang percaya, tapi kok sikapnya begitu, sih.”
1 Yohanes 3:17, “Barangsiapa mempunyai harta
duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu
hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam
dirinya?”
Mungkin kita sering lupa kalau kasih Allah juga
tercermin dari setiap tindakan kita. Karenanya, mulai sekarang cobalah untuk
peka terhadap orang-orang yang ada di sekitar kita. Ketika kita melihat ada
orang lain yang membutuhkan, cobalah untuk meluangkan waktu untuk melakukan
kebaikan sebagaimana Tuhan telah berbuat baik dalam hidup kita.